Berpindah dari kamera saku ke kamera yang lensanya bisa
diganti-ganti, bisa jadi sebuah pengalaman yang membingungkan. Tapi kamu
juga pasti tahu bahwa ini adalah perjalanan menuju foto-foto yang lebih
baik. Saat kamu belajar mengakrabi dunia dSLR dengan bermacam jenis
lensanya, sepuluh kesalahan berikut adalah yang paling sering terjadi.
Sebelum kamu mengalaminya, mari baca dan lihat bagaimana cara
menghindari atau mengatasinya.
1. Foto Buram atau Goyang
Jika kamu memasang lensa dengan focal length panjang atau lensa
telephoto lalu mencoba mengkomposisi sebuah foto, kamu akan melihat
bahwa menjaga objek tetap ada di titik yang sama lebih sulit
dibandingkan bila menggunakan lensa standar. Ini karena lensa dengan
focal yang lebih panjang secara efektif mendekat ke objek dan gerakan
sekecil apapun dari kamera akan menyebabkan foto menjadi buram.
Jika kamera atau lensamu punya pilihan stabilisator, nyalakanlah.
Tapi, peraturan fotografi secara umum mengatakan bahwa semakin panjang
focal length sebuah lensa, semakin cepat pula shutter speed yang
dibutuhkan untuk menghindari goyangan kamera. Misalnya kamu menggunakan
lensa 100mm, maka shutter speed yang aman untuk mencegah foto yang buram
adalah diatas 1/100 detik.
2. Terlalu Banyak Depth Of Field
Beberapa objek, seperti landscape, biasanya akan tampak lebih baik
bila seluruh bagian fotonya tajam. Ini bisa didapatkan dengan mengatur
fokus secara hati-hati dan menggunakan aperture kecil sekitar f/22 untuk
menghasilkan
depth-of-field yang
lebar dan ketajaman dari ujung ke ujung. Tapi, kadang-kadang kamu ingin
memisahkan objek dari sekelilingnya – seperti pada portrait – dengan
mengaburkan background dan ini membutuhkan aperture besar semacam f/5.6
atau bahkan f/2.8.
Jika kamu melihat bagian background kurang blur atau kurang lembut,
kamu punya dua pilihan untuk memperbaiki ini; bukalah aperture lebih
lebar atau pindahkan ke focal length yang lebih panjang karena depth of
field akan semakin sempit seiring naiknya focal length.
3. Foto Yang Terdistorsi
Lensa wide angle sangat berguna jika kamu ingin memotret pemandangan
yang lebar atau jika kamu memotret di dalam ruangan yang sempit, tapi
lensa ini bukan pilihan yang baik untuk portrait. Masalahnya adalah jika
objek ada dekat dengan lensa, maka ia akan tampak lebih besar di bagian
hidung sementara mata dan kepala tampak lebih kecil. Ini tentu bukan
tampilan yang menyenangkan.
Untuk hasil yang lebih baik, pindahkan ke focal length yang efektif
sekitar 70-100mm, lensa ukuran 85mm adalah lensa favorit untuk para
fotografer portrait dengan sensor full-frame. Sementara fotografer
dengan kamera format APS-C atau cropped sensor (biasanya entry level)
akan menggunakan ujung telephoto (umumnya 55mm) pada kit lens mereka
untuk portrait.
4. Garis Vertikal Yang Melengkung
Ini terjadi sebagai efek perspektif saat kamu memotret gedung. Bagian
bawahnya akan tampak lebih lebar dibanding bagian atas. Ini bisa
memberikan hasil yang dramatis, terutama jika kamu masuk ke dalam gedung
lalu memotret bagian atas dengan lensa wideangle untuk menekankan
perspektifnya.
Tapi, jika kamu ingin memasukkan lebih banyak lingkungan sekitar
gedung ke dalam foto, maka kemungkinannya gedung akan tampak menciut ke
atas. Cara menghindari efek semacam ini adalah dengan menjaga sensor
kamera tetap paralel dengan bagian depan gedung. Caranya, kamu bisa
mundur cukup jauh untuk memungkinkan seluruh gedung masuk dalam frame
dalam keadaan lurus tanpa harus memiringkan kamera ke atas, atau kamu
bisa memperbaiki ini saat post processing dengan menarik bagian atas
frame agar foto tampak proporsional.
5. Tidak Bisa Fokus Jika Terlalu Dekat
Salah satu hal yang mungkin akan kamu perhatikan saat mulai
menggunakan dSLR adalah kamu tidak bisa mengatur fokus jarak dekat
semudah saat menggunakan kamera saku. Cara terbaik untuk mendekat pada
objek adalah dengan menggunakan lensa macro. Ini bukan pilihan yang
murah, tapi ada alternatif lain untuk melakukan ini. Kamu bisa baca di
artikel tentang alternatif lensa macro.
6. Exposure Berubah Saat Melakukan Zoom
Kecuali kamu punya lensa zoom yang mahal dan berkualitas tinggi
dengan aperture maksimal yang konstan, kamu harus berhati-hati dengan
perubahan exposure saat melakukan zoom dari satu ujung lensa ke ujung
yang lain. Kit lens biasa, misalnya, punya aperture maksimal f/3.5 pada
ujung wideangle dan f/5.6 pada ujung telephoto. Ini artinya, jika kamu
memotret dengan aperture terbuka lebar pada focal length terpendek lalu
kamu zoom ke titik terjauh maka aperture-nya akan berubah.
Jika kamu menggunakan pengaturan aperture priority atau salah satu
mode otomatis, maka shutter speed yang akan berubah dengan sendirinya,
sehingga brightness pada foto tidak akan berubah tapi ada kemungkinan
foto akan blur. Jika kamu memotret dengan mode exposure manual, foto
akan jadi lebih gelap saat kamu melakukan zoom ke focal length yang
lebih panjang jika kamu tidak menyesuaikan shutter speed sebagai
kompensasinya.
7. Flare
Flare
bisa mengurangi kontras pada foto dan menciptakan titik berbentuk
bintang yang sangat terang dalam foto. Ini disebabkan oleh sinar yang
masuk ke lensa pada sudut tertentu lalu kemudian memantul di dalam
optik. Ini bisa menjadi masalah jika ada sumber cahaya semacam matahari
di dekat pinggiran frame foto atau jika ada cahaya yang melewati bagian
depan elemen lensa.
Untungnya, ada solusi yang sangat mudah untuk masalah flare ini – gunakan
lens hood.
Banyak lensa yang dijual bersamaan dengan hood-nya, tapi kalau tidak,
kamu busa memebeli terpisah atau bahkan membuat sendiri dengan
menggunakan karton. Tanganmu juga bisa dijadikan lens hood, sama seperti
saat kamu melindungi mata dari matahari yang silau.
8. Kamera Tidak Seimbang Dengan Lensa Telephoto
Lensa telephoto yang panjang biasanya cukup berat dan jika kameramu
dipasang di tripod, kamu mungkin akan bekerja keras menahan lensa agar
tidak jatuh. Solusinya adalah memindahkan penahan lebih ke depan
sehingga kamera dan berat lensa tersebar dengan merata dari depan ke
belakang.
Banyak lensa panjang disertai dengan pegangan untuk kepentingan
keseimbangan. Keuntungan lain dari pegangan ini adalah, kamu bisa dengan
mudah memindahkan format kamera dari landscape ke portrait dengan
cepat.
9. Vignette
Banyak lensa menghasilkan foto dengan bagian tepi yang lebih gelap
jika digunakan dengan aperture yang terbuka lebar. Meskipun efek
vignette
ini secara teknis adalah gangguan, tapi bisa tampak menarik dan bahkan
beberapa fotografer sengaja menggunakannya untuk menarik perhatian ke
tengah frame.
Jika kamu ingin menghindari ini, kamu harus menutup aperture sedikit.
Vignetting juga bisa disebabkan oleh lens hood yang tidak pas yang
belum terpasang dengan benar atau karena tumpukan filter di bagian depan
lensa.
10. Foto Yang Tampak Lembut
Jika kamu terbiasa melihat hasil pemotretan lewat komputer dalam
ukuran 100%, maka kamu akan memperhatikan bahwa titik fokus pada foto
yang menggunakan aperture lebar atau bahkan sangat tertutup tidak akan
setajam foto yang diambil menggunakan bukaan aperture medium.
Jika kamu ingin mendapatkan yang terbaik dari lensamu, maka akan
lebih bagus jika memotret serangkaian foto dengan objek yang sama tapi
bukaan aperture-nya berubah dari foto ke foto. Lalu periksalah di layar
komputer dan lihat pada bukaan aperture berapa yang membuat objek tampak
paling tajam. Ini disebut aperture optimal.